Minggu, 28 Agustus 2016

CROSS CULTURAL VARIATIONS IN CONSUMER BEHAVIOUR

DISUSUN OLEH:
Fathia Serena Malik
Intan Rahmayuni
Puteri Vania Shara
Rahmadiva Dianitha D.
Rizky Wulan Suci
Siska Putri Atika
MBTI - D ( MB-38-04 )

Ritual Kebudayaan 

Ritual kebudayaan merupakan kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok masyarakat. Ritual Budaya sebagai urutan-urutan tindakan yang terstandarisasi yang secara periodik diulang, memberikan arti dan meliputi penggunaan simbol-simbol budaya ( Mowen, 1995). Ritual budaya bukan sekedar kebiasaan yang dilakukan seseorang, tetapi hal ini dilakukan dengan serius dan formal, yang memerlukan intensitas mendalam dari seseorang. Kebiasaan sering tidak serius, kadang tidak pasti dan berubah saat ada stimulus berbeda yang lebih menarik. Seringkali ritual budaya memerlukan benda-bendayang digunakan untuk proses ritual, dan inilah yang bisa dibuat oleh pengusaha menjadi peluang, seperti acara ulang tahun yang biasanya ada lilin, roti tart, balon, permen, sirup, dan lain-lain.

Simbol kebudayaan juga merupakan representasi tertentu dari budaya, secara umum apa yang dipakai dan dikonsumsi oleh seseorang akan mencerminkan budayanya. Perusahaan dapat menggunakan nilai-nilai simbolis untuk merek produknya, misalnya perusahaan otomotif Toyota memberi nama Kijang untuk kendaraan dengan penumpang keluarga, secara simbolis Kijang ‘ adalah binatang yang mempunyai kemampuan lari yang sangat cepat dan lincah”. Sementara perusahaan lain Mitsubishi menciptakan ‘Kuda’. Simbol juga dapat ditunjukkan dengan warna, seperti warna hitam mempunyai arti formal, biru sejuk, putih artinya suci, merah simbol berani dsb. Sehingga pemasar menggunakan warna sebagai dasar untuk menciptakan produk yang berkaitan dengan kebutuhan simbolis.

a.       Budaya dan Konsumsi
Produk mempunyai fungsi, bentuk dan arti . Ketika konsumen membeli suatu produk mereka berharap produk tersebut menjalankan fungsi sesuai harapannya, dan konsumen terus membelinya hanya bila harapan mereka dapat dipenuhi dengan baik. Namun, bukan hanya fungsi yang menentukan keberhasilan produk. Produk juga harus memenuhi harapan tentang norma. Produk juga memberi simbol makna dalam masyarakat misal “ bayam” diasosiasikan dengan kekuatan dalam film Popeye atau makanan juga dapat disimbolkan sebagai hubungan keluarga yang erat sehingga resep turun temurun keluarga menjadi andalan dalam memasak, misal iklan Sasa atau Ajinomoto. Produk dapat menjadi simbol dalam masyarakat untuk menjadi ikon dalam ibadat agama.
Budaya merupakan sesuatu yang perlu dipelajari, karena konsumen tidak dilahirkan spontan mengenai nilai atau norma kehidupan sosial mereka, tetapi mereka harus belajar tentang apa yang diterima dari keluarga dan teman-temannya. 
Kebudayaan juga mengimplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari dan diwariskan, misalnya anak yang dibesarkan dalam nilai budaya di Indonesia harus hormat pada orang yang lebih tua, makan sambil duduk dsb. Sedangkan di Amerika lebih berorientasi pada budaya yang mengacu pada nilai-nilai di Amerika seperti kepraktisan, individualisme, dsb.
Budaya berkembang karena kita hidup bersama orang lain di masyarakat. Hidup dengan orang lain menimbulkan kebutuhan untuk menentukan perilaku apa saja yang dapat diterima semua anggota kelompok. Norma budaya dilandasi oleh nilai-nilai, keyakinan dan sikap yang dipegang oleh anggota kelompok masyarakat tertentu. Sistem nilai mempunyai dampak dalam perilaku membeli, misalnya orang yang memperhatikan masalah kesehatan akan membeli makanan yang tidak mengandung bahan yang merugikan kesehatannya.
Nilai memberi arah pengembangan norma, proses yang dijalani dalam mempelajari nilai dan norma disebut ”sosialisasi atau enkulturasi”. Enkulturasi menyebabkan budaya masyarakat tertentu akan bergerak dinamis mengikuti perkembangan zaman. Sebaliknya, bila masyarakat cenderung sulit menerima hal-hal baru dalam masyarakat dengan mempertahankan budaya lama disebut Accultiration.

Budaya pada gilirannya akan mempengaruhi pengembangan dalam implikasi pemasaran seperti perencanaan produk, promosi ,distribusi dan penetapan harga. Untuk mengembangkan strategi yang efektif pemasar perlu mengidentifikasi aspek-aspek penting kebudayaan dan memahami bagaimana mereka mempengaruhi konsumen. Sebagaimana strategi dalam penciptaan ragam produk, segmentasi pasar dan promosi yang dapat disesuaikan dengan budaya masyarakat.
     
Strategi Pemasaran dengan Memperhatikan Budaya
Beberapa perubahan pemasaran yag dapat mempengaruhi kebudayaan, seperti :
      1.      Tekanan pada kualitas2.      Peranan wanita yang berubah3.      Perubahan kehidupan keluarga4.      Sikap yang berubah terhadap kerja dan kesenangan5.      Waktu senggang yang meningkat6.      Pembelian secara impulsive7.      Hasrat akan kenyamanan
  
Subbudaya : elemen-elemen yang berkaitan dengan pengklasifikasian demografi
Demografi : karakterisitik suatu penduduk yang memiliki beberapa variabel sebagai berikut. 
No
Demografi
Subbudaya
1
Usia
Anak-anak, remaja, dewasa awal, dewasa lanjut, lansia
2
Agama
Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha
3
Suku bangsa
Sunda, Jawa, Bali, Batak, Melayu, Dayak, Minahasa, Bugis
4
Jenis kelamin
Laki-laki, perempuan
5
Pendidikan
SD, SMP, SMA, S1, S2, S3
6
Pekerjaan
Guru, dosen, dokter, pengacara, karyawan
7
Geografi
Jawa, luar jawa, kota, desa
8
Pendapatan
Miskin, menengah, kaya
9
Status pernikahan
Lajang, menikah, janda, duda
10
Jenis keluarga
Orang tua tunggal, orang tua lengkap, 1 anak, 2 anak
11
Jumlah rumah tangga
Rumah tangga keluarga, bukan keluarga (asrama)
12
Kelas sosial
Atas, menengah, bawah


Dari subbudaya, kita dapat mengelompokkan masyarakat secara spesifik lagi sesuai dengan demografi dan sumberdaya. Sehingga dalam pemasaran, kita dapat menentukan target pasar yang kita inginkan. Dari memahami dan mengetahui detail demografi dan subbudaya, hal itu dapat sangat mudah diketahui dan dapat menentukan segmentasi dan posisioning produk sesuai dengan keinginan produsen. ( SIKAP, PRESEPSI, PERILAKU ).

Data demografi seperti usia, agama, suku , pendapatan, jenis kelamin, status pernikahan, pekerjaan harus dikumpulkan ke pemerintah sebagai bukti tertulis yang konkrit yang dapat digunakan para pemasar sebagai acuan dalam memasarkan produknya serta digunakan pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan konsumen.

Data variabel usia penting untuk dikumpulkan karena variable usia mempengaruhi pembelian suatu produk karena konsumen yang berbeda usia mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Data variabel pendidikan dan pekerjaan juga penting untuk dikumpulkan adalah dua karakteristik konsumen yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang konsumen. Serta jenis pekerjaan mempengaruhi seseorang dalam pembelian suatu produk. Data variable lokasi geografi juga penting dikumpulkan untuk mengetahui dimana seseorang tinggal serta pengaruhnya terhadap pola konsumen. Pendidikan juga mempengaruhi cara pikir, persepsi, dan sikap seseorang terhadap suatu masalah.

Sub Usia :
1.   Pasar konsumen anak bisa dibedakan ke dalam 3 kelompok umur: 4-6 tahun, 7-9 tahun dan 10-12 tahun. Seorang anak pada usia yang berbeda membaca media yang berbeda. Segmen anak-anak bisa dibedakan ke dalam 5 segmen yaitu:

No
Segmen
Penjelasan
%
1
Self determined
Tingkat kepercayaan tinggi, membeli produk karena keinginan sendiri, bertanggung jawab atas keputusannya
26
2
Sluggish kid
Kurang aktif, banyak menonton tv, kurang taat menjalankan perintah agama,silit menerima nasihat
27
3
Obedient kid
Ambisius, aktif di luar sekolah, menonton tv pada waktu yang ditentukan, rajin belajar sebagian besar anak perempuan
13
4
Happy jolly kids
Sangat periang, tidak stress, senang bepergian dengan orang tua, jarang melakukan pembelian sendiri mempengaruhi orang tua dalam membeli
24
5
Reliant kids
Dekat dengan orang tua, uang saku sedikit, kurang bermain, kurang mandiri, mempengaruhi orang tua dalam pembelian
10


Dari segmentasi konsumen anak di atas, maka konsumen anak memiliki pasar yang potensial karena dari segmentasi- segmentasi tersebut terdapat perbedaan selera dan kesukaan sehingga para pemasar harus memahami keinginan dan kebutuhan anak.

1. Remaja memiliki kebutuhan yang banyak karena remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa sehingga kebutuhannya diambil dari sebagian kebutuhan anak-anak dan kebutuhan dewasa. Segmentasi remaja terbagi menjadi :
  • remaja awal ( 13-15 tahun)
  • remaja lanjut (16-18 tahun)


Pemasaran harus mengetahui karakteristik remaja agar produk mereka bisa diterima. Umumnya remaja memiliki karakteristik sebagai berikut:
  • suka mencoba hal-hal baru
  • mudah bisan dan bukan termasuk konsumen yang setia
  • suka mencoba produk baru yang memiliki daya tarik, seperti bentuk, warna, dan rasa.
    Contoh kasus adalah majalah merupakan barang yang dikonsumsi remaja. Remaja akan membeli majalah yang memberikan hadiah, menampilkan model gaya (fashion) terbaru, dan menampilkan berita-berita artis masa kini. Remaja tidak segan-segan untuk membeli lebih dari satu majalah demi mendapatkan hadiah dan berita-berita terbaru artis idola mereka. Biasanya juga, jika remaja menggunakan suatu produk maka remaja tersebut akan memamerkannya kepada teman-temannya minimal teman sekelasnya mengetahui apa yang dikonsumsi remaja tersebut.
c  Sub Pendapatan :
1. Pendapatan merupakan imbalan yang diterima seorang konsumen dari pekerjaan yang dilakukannya.  Pendapatan merupakan  komponen penting karena dengan adanya pendapatan maka konsumen mampu membeli kebutuhan dan keinginannya, dan daya beli seorang konsumen dapat diukur.
2. Pengeluaran adalah suatu yang mampu mencerminkan besarnya pendapatan seseorang.  Pengeluaran merupakan salah satu hal yang penting sebab, Mampu mencerminkan besarnya pendapatan seseorang dan mampu mencerminkan pola perilaku konsumsi seseorang. 

Lintas Budaya (Cross Cultural Consumer Behavior)
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam tiga kategori umum: orientasi nilai-lainnya. Merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”, dan begitu juga pada budaya yang individualistic. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.

KONSEP BUDAYA
      Budaya merupakan kompleks keseluruhan dimana termasuk di dalamnya pengetahuan, keyakinan, seni, hukum, moral, adat-istiadat, dan kemampuan lain apapun serta kebiasaan yang diperoleh oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 
Nilai Budaya dimasukkan dalam 3 kategori umum:
1.       Nilai Orientasi – Lainnya
yang merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran.
2.       Nilai Orientasi – Lingkungan
yakni menentukan hubungan masyarakat dengan ekonomi, teknis, dan linkungan fisik nya.
3.       Nilai Orientasi – Diri
yakni merefleksikan tujuan dan pendekatan pada hidup dimana anggota individu dari masyarakat menemukan apa yang diinginkan.
1.       Nilai Orientasi – Lainnya
a.       Individual/Kolektif
            Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka.
            Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi.
            Budaya Asia lebih kolektif dbandingkan budaya US yang individualistik
b.      Usia Muda/Tua
            apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat usia
c.       Luas/Batasan Keluarga
bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi anggota keluarganya.
d.      Maskulin/Feminisme
bagaimana suami, istri, atau keduanya membuat keputusan penting bagi keluarga.
e.      Persaingan/Kerjasama
bagaimana orientasi baik itu maskulin maupun feminisme dalam keterbukaannya pada konsumen.
f.        Perbedaan/Keseragaman
            Budaya dengan nilai yang berbeda tidak hanya akan menerima aturan yang bergai macam dari perilaku pribadi dan sikap tapi juga menerima variasi dalam bentuk makanan, pakaian, dan produk lain serta pelayanannya. Dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki keseragaman nilai, dimana mereka tidak menyukai serta menerima bermacam aturan dari rasa dan produk pilihan.

2.       Nilai Orientasi – Lingkungan
a.       Kebersihan
perbedaan dalam memposisikan nilai kebersihan. Contohnya budaya U.S sangat mempentingkan kebersihan.
b.      Dayaguna/Keadaan
            Dayaguna/keadaan lebih dekat hubungannya pada konsep jarak kekuasaan, dimana menghubungkan pada derajat dimana orang menerima ketidak sama rataan dalam kekuasaan, otoritas, status, dan kekayaan sebagai kelaziman atau yang melekat dalam masyarakat.
c.       Tradisi/Perubahan
            Nilai ini direfleksikan dalam iklan, contohnya saja dimana di Inggris dan Cina menekankan tradisi dan sejarah pada iklannya ketimbang di Amerika.
d.      Pengambilan Resiko/Pengamanan
            Nilai ini memiliki pengaruh yang kuat dalam hubungan usaha dan perkembangan ekonomi dalam penerimaan produk baru.
e.      Pemecahan Masalah/Fatalistis
            Contohnya di Karibia, kesulitan atau hal yang tidak dapat dikendalikan selalu dihilangkan dengan ekspresi "tidak masalah". Ini biasanya berarti: "ada suatu masalah, tapi kita tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap hal tersebut-jadi jangan khawatir!".
f.        Alam
            Yang dimaksud disini adalah bagaimana negara-negara yang memproduksi atau mengimpor suatu produk meletakkan nilai yang tinggi dalam lingkungan. Seperti negara Inggris yang memiliki gagasan dalam pengurangan emisi. Dalam peluncuran produknya, mereka lebih menekankan kendaraan yang memiliki emisi rendah.

3.       Nilai Orientasi – Diri
a.       Aktif/Pasif
            Kecenderungan dalam beraktifitas akan mempengaruhi pemasaran dalam suatu produk.
b.      Pemuasan Kebutuhan Seksual/Abstinence
            Yang dimaksud disini adalah apakah suatu negara menggunakan daya tarik seks/sensualitas atau apakah memberikan pembatasan pada iklan yang dibuatnya terhadap sensualitas.
Contoh : Iklan pakaian dalam Calvin Klein dengan iklan yang menampilkan gambar seseorang dengan hanya menggunakan pakaian dalam. Dimana di negara Prancis dan U.S dianggap normal sedangkan tidak pantas disuatu negara yang melarang daya tarik berbau seksualitas/sensual contohnya Indonesia.
c.       Material/Non Material
d.      Kerja Keras/Santai
            Sebagai marketer harus melihat apakah dalam suatu negara memiliki lebih nilai kerja dalam aktivitasnya dibandingkan dengan waktu luang/santai atau sebaliknya.


Contohnya saja : Australia yang memiliki nilai bahwa kerja keras itu sangat penting

e.      Penundaan Kepuasan/Kesegeraan Kepuasan
            Orientasi jangka pendek dan orientasi jangka panjang mempunyai implikasi pada strategi bisnis serta usaha untuk mendorong menabung, dan juga pada penggunaan kredit.
f.        Religi/Sekuler atau duniawi
            dalam hal ini para pemasar lebih melihat pada doktrin atau ketetapan yang berlaku di kehidupan keseharian suatu negara yang akan dipasarkan.

Variasi Budaya dalam Komunikasi non verbal
a.       Waktu
Orientasi/perspektif  terhadap waktu. Ada 2 jenis perspektif waktu:
-    monochromic time perspective
orientasi yang kuat kearah sekarang serta waktu jangka pendek.
-    polychromic time perspective
orientasi kearah sekarang dan masa lalu.

     Perspektif yang dipakai akan membuat suatu pengertian yang berbeda dari waktu yang digunakan pada budaya yang berbeda. Seperti di negara yang berorientasi pada monochronic, mereka manganggap bahwa waktu adalah uang. Jadi setiap detik, menit, jam sangat berharga bagi mereka. Begitu sebaliknya pada negara yang berorientasi polichronic, istilah "tetaplah menunggu" menjadi suatu hal yang biasa bagi mereka.
b.       Ruang
      Kegunaan orang membuat ruang dan mengartikan apa yang mereka tempatkan merupakan bentuk kedua dari komunikasi nonverbal.
c.      Simbol
      Warna, gambar binatang, bentuk, angka, dan musik akan memberikan variasi pengartian dalam lintas budaya. Kegagalan dalam mengenal arti penempatan pada simbol bisa berakibat pada masalah yang serius.
d.       Hubungan
      Hak dan kewajiban ditentukan oleh hubungan dan persahabatan yang mana merupakan variabel komunikasi nonverbal lainnya.
      Orang Amerika lebih mudah untuk diajak berhubungan dan bekerjasama, berbeda dengan orang China yang lebih kompleks.
e.      Persetujuan
      Persetujuan disini yakni bagaimana budaya yang berbeda melihat hubungan bisnis didalam kedua belah pihak.

f.      Benda
       Pengartian budaya terhadap benda pada pola pembelian adalah sesuatu yang tidak disangka-sangka atau dengan kata lainnya adalah "hadiah".
g.        Etiket
      Etiket menggambarkan secara umum kebiasaan yang diterima dari tingkah laku dalam situasi sosial. Contohnya saja kebiasaan orang Jepang dalam berbisnis yaitu bertukar kartu nama bisnis.

Strategi Pemasaran Lintas Budaya
             Secara garis besar tidak digambarkan bagaimana strategi pemasaran tersebut, tetapi dapat diambil kesimpulan bahwasanya pemasar melihat apa yang menjadi perilaku konsumen, konsep budaya, serta apa yang menjadi variasi dalam lintas budaya.
             Seperti yang dilakukan McDonald's dimana mengadaptasikan produk serta tata ruang tokonya dengan tepat pada beberapa negara.


Sumber :