DISUSUN
OLEH:
Fathia
Serena Malik
Intan
Rahmayuni
Puteri
Vania Shara
Rahmadiva
Dianitha D.
Rizky
Wulan Suci
Siska
Putri Atika
MBTI -
D
( MB-38-04 )
Link ppt download : https://www.dropbox.com/s/e0x62wpoxb9zfui/ppt%20cross%20cultural.pptx?dl=0
Ritual Kebudayaan
Ritual kebudayaan merupakan kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh
kelompok masyarakat. Ritual Budaya sebagai urutan-urutan tindakan yang
terstandarisasi yang secara periodik diulang, memberikan arti dan meliputi
penggunaan simbol-simbol budaya ( Mowen, 1995). Ritual budaya bukan
sekedar kebiasaan yang dilakukan seseorang, tetapi hal ini dilakukan
dengan serius dan formal, yang memerlukan intensitas mendalam
dari seseorang. Kebiasaan sering tidak serius, kadang tidak pasti dan berubah
saat ada stimulus berbeda yang lebih menarik. Seringkali ritual budaya
memerlukan benda-bendayang digunakan untuk proses ritual, dan inilah yang bisa
dibuat oleh pengusaha menjadi peluang, seperti acara ulang tahun yang biasanya
ada lilin, roti tart, balon, permen, sirup, dan lain-lain.
Simbol kebudayaan juga merupakan representasi tertentu
dari budaya, secara umum apa yang dipakai dan dikonsumsi oleh seseorang akan
mencerminkan budayanya. Perusahaan dapat menggunakan nilai-nilai simbolis untuk
merek produknya, misalnya perusahaan otomotif Toyota memberi nama
Kijang untuk kendaraan dengan penumpang keluarga, secara simbolis Kijang ‘
adalah binatang yang mempunyai kemampuan lari yang sangat cepat dan lincah”. Sementara perusahaan lain Mitsubishi
menciptakan ‘Kuda’. Simbol juga dapat ditunjukkan dengan warna, seperti warna
hitam mempunyai arti formal, biru sejuk, putih artinya suci, merah simbol
berani dsb. Sehingga pemasar menggunakan warna sebagai dasar untuk menciptakan
produk yang berkaitan dengan kebutuhan simbolis.
a.
Budaya dan Konsumsi
Produk mempunyai fungsi, bentuk dan
arti . Ketika konsumen membeli suatu produk mereka berharap produk tersebut
menjalankan fungsi sesuai harapannya, dan konsumen terus membelinya hanya bila
harapan mereka dapat dipenuhi dengan baik. Namun, bukan hanya fungsi yang
menentukan keberhasilan produk. Produk juga harus memenuhi harapan tentang
norma. Produk juga memberi simbol
makna dalam masyarakat misal “ bayam” diasosiasikan dengan kekuatan dalam film
Popeye atau makanan juga dapat disimbolkan sebagai hubungan keluarga yang erat
sehingga resep turun temurun keluarga menjadi andalan dalam memasak, misal
iklan Sasa atau Ajinomoto. Produk dapat menjadi simbol dalam masyarakat untuk
menjadi ikon dalam ibadat agama.
Budaya merupakan sesuatu yang perlu
dipelajari, karena konsumen tidak dilahirkan spontan mengenai nilai atau norma
kehidupan sosial mereka, tetapi mereka harus belajar tentang apa yang diterima
dari keluarga dan teman-temannya.
Kebudayaan juga mengimplikasikan
sebuah cara hidup yang dipelajari dan diwariskan, misalnya anak yang dibesarkan
dalam nilai budaya di Indonesia harus hormat pada orang yang lebih tua, makan
sambil duduk dsb. Sedangkan di Amerika lebih berorientasi pada budaya yang mengacu
pada nilai-nilai di Amerika seperti kepraktisan, individualisme, dsb.
Budaya berkembang karena kita hidup bersama orang lain di masyarakat. Hidup dengan orang lain menimbulkan kebutuhan untuk menentukan perilaku apa saja yang dapat diterima semua anggota kelompok. Norma budaya dilandasi oleh nilai-nilai, keyakinan dan sikap yang dipegang oleh anggota kelompok masyarakat tertentu. Sistem nilai mempunyai dampak dalam perilaku membeli, misalnya orang yang memperhatikan masalah kesehatan akan membeli makanan yang tidak mengandung bahan yang merugikan kesehatannya.
Budaya berkembang karena kita hidup bersama orang lain di masyarakat. Hidup dengan orang lain menimbulkan kebutuhan untuk menentukan perilaku apa saja yang dapat diterima semua anggota kelompok. Norma budaya dilandasi oleh nilai-nilai, keyakinan dan sikap yang dipegang oleh anggota kelompok masyarakat tertentu. Sistem nilai mempunyai dampak dalam perilaku membeli, misalnya orang yang memperhatikan masalah kesehatan akan membeli makanan yang tidak mengandung bahan yang merugikan kesehatannya.
Nilai memberi arah pengembangan
norma, proses yang dijalani dalam mempelajari nilai dan norma disebut
”sosialisasi atau enkulturasi”. Enkulturasi menyebabkan budaya masyarakat
tertentu akan bergerak dinamis mengikuti perkembangan zaman. Sebaliknya, bila
masyarakat cenderung sulit menerima hal-hal baru dalam masyarakat dengan
mempertahankan budaya lama disebut Accultiration.
Budaya pada gilirannya akan
mempengaruhi pengembangan dalam implikasi pemasaran seperti perencanaan produk,
promosi ,distribusi dan penetapan harga. Untuk mengembangkan strategi yang
efektif pemasar perlu mengidentifikasi aspek-aspek penting kebudayaan dan
memahami bagaimana mereka mempengaruhi konsumen. Sebagaimana strategi dalam
penciptaan ragam produk, segmentasi pasar dan promosi yang dapat disesuaikan
dengan budaya masyarakat.
Strategi Pemasaran dengan Memperhatikan Budaya
Beberapa perubahan pemasaran yag dapat mempengaruhi kebudayaan, seperti :
1. Tekanan pada kualitas2. Peranan wanita yang berubah3. Perubahan kehidupan keluarga4. Sikap yang berubah terhadap kerja dan kesenangan5. Waktu senggang yang meningkat6. Pembelian secara impulsive7. Hasrat akan kenyamanan
Subbudaya : elemen-elemen yang berkaitan dengan pengklasifikasian demografi
Demografi : karakterisitik suatu penduduk yang memiliki beberapa variabel sebagai berikut.
No
|
Demografi
|
Subbudaya
|
1
|
Usia
|
Anak-anak,
remaja, dewasa awal, dewasa lanjut, lansia
|
2
|
Agama
|
Islam,
Protestan, Katolik, Hindu, Budha
|
3
|
Suku
bangsa
|
Sunda,
Jawa, Bali, Batak, Melayu, Dayak, Minahasa, Bugis
|
4
|
Jenis
kelamin
|
Laki-laki,
perempuan
|
5
|
Pendidikan
|
SD, SMP,
SMA, S1, S2, S3
|
6
|
Pekerjaan
|
Guru,
dosen, dokter, pengacara, karyawan
|
7
|
Geografi
|
Jawa, luar jawa,
kota, desa
|
8
|
Pendapatan
|
Miskin,
menengah, kaya
|
9
|
Status
pernikahan
|
Lajang,
menikah, janda, duda
|
10
|
Jenis
keluarga
|
Orang
tua tunggal, orang tua lengkap, 1 anak, 2 anak
|
11
|
Jumlah
rumah tangga
|
Rumah
tangga keluarga, bukan keluarga (asrama)
|
12
|
Kelas sosial
|
Atas, menengah, bawah
|
Dari subbudaya, kita dapat mengelompokkan
masyarakat secara spesifik lagi sesuai dengan demografi dan sumberdaya.
Sehingga dalam pemasaran, kita dapat menentukan target pasar yang kita
inginkan. Dari memahami dan mengetahui detail demografi dan subbudaya, hal itu
dapat sangat mudah diketahui dan dapat menentukan segmentasi dan posisioning
produk sesuai dengan keinginan produsen. ( SIKAP, PRESEPSI, PERILAKU ).
Data demografi seperti usia, agama, suku , pendapatan, jenis kelamin, status pernikahan, pekerjaan harus dikumpulkan ke pemerintah sebagai bukti tertulis yang konkrit yang dapat digunakan para pemasar sebagai acuan dalam memasarkan produknya serta digunakan pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan konsumen.
Data variabel usia penting untuk
dikumpulkan karena variable usia mempengaruhi pembelian suatu produk karena
konsumen yang berbeda usia mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Data
variabel pendidikan dan pekerjaan juga penting untuk dikumpulkan adalah dua
karakteristik konsumen yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan
jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang konsumen. Serta jenis pekerjaan
mempengaruhi seseorang dalam pembelian suatu produk. Data variable lokasi
geografi juga penting dikumpulkan untuk mengetahui dimana seseorang tinggal
serta pengaruhnya terhadap pola konsumen. Pendidikan
juga mempengaruhi cara pikir, persepsi, dan sikap seseorang terhadap suatu
masalah.
Sub Usia :
1. Pasar konsumen anak bisa dibedakan ke dalam 3 kelompok umur: 4-6 tahun, 7-9 tahun dan 10-12 tahun. Seorang anak pada usia yang berbeda membaca media yang berbeda. Segmen anak-anak bisa dibedakan ke dalam 5 segmen yaitu:
No
|
Segmen
|
Penjelasan
|
%
|
1
|
Self
determined
|
Tingkat
kepercayaan tinggi, membeli produk karena keinginan sendiri, bertanggung
jawab atas keputusannya
|
26
|
2
|
Sluggish
kid
|
Kurang
aktif, banyak menonton tv, kurang taat menjalankan perintah agama,silit
menerima nasihat
|
27
|
3
|
Obedient
kid
|
Ambisius,
aktif di luar sekolah, menonton tv pada waktu yang ditentukan, rajin belajar
sebagian besar anak perempuan
|
13
|
4
|
Happy
jolly kids
|
Sangat
periang, tidak stress, senang bepergian dengan orang tua, jarang melakukan
pembelian sendiri mempengaruhi orang tua dalam membeli
|
24
|
5
|
Reliant
kids
|
Dekat
dengan orang tua, uang saku sedikit, kurang bermain, kurang mandiri,
mempengaruhi orang tua dalam pembelian
|
10
|
Dari
segmentasi konsumen anak di atas, maka konsumen anak memiliki pasar yang
potensial karena dari segmentasi- segmentasi tersebut terdapat perbedaan selera
dan kesukaan sehingga para pemasar harus memahami keinginan dan kebutuhan anak.
1. Remaja memiliki kebutuhan yang banyak karena remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa sehingga kebutuhannya diambil dari sebagian kebutuhan anak-anak dan kebutuhan dewasa. Segmentasi remaja terbagi menjadi :
- remaja awal ( 13-15 tahun)
- remaja lanjut (16-18 tahun)
Pemasaran
harus mengetahui karakteristik remaja agar produk mereka bisa diterima. Umumnya
remaja memiliki karakteristik sebagai berikut:
- suka mencoba hal-hal baru
- mudah bisan dan bukan termasuk konsumen yang setia
- suka mencoba produk baru yang memiliki daya tarik, seperti bentuk, warna, dan rasa.
c Sub Pendapatan :Contoh kasus adalah majalah merupakan barang yang dikonsumsi remaja. Remaja akan membeli majalah yang memberikan hadiah, menampilkan model gaya (fashion) terbaru, dan menampilkan berita-berita artis masa kini. Remaja tidak segan-segan untuk membeli lebih dari satu majalah demi mendapatkan hadiah dan berita-berita terbaru artis idola mereka. Biasanya juga, jika remaja menggunakan suatu produk maka remaja tersebut akan memamerkannya kepada teman-temannya minimal teman sekelasnya mengetahui apa yang dikonsumsi remaja tersebut.
1. Pendapatan
merupakan imbalan yang diterima seorang konsumen dari pekerjaan yang
dilakukannya. Pendapatan merupakan komponen penting karena dengan
adanya pendapatan maka konsumen mampu membeli kebutuhan
dan keinginannya, dan daya beli
seorang konsumen dapat diukur.
2. Pengeluaran
adalah suatu yang mampu mencerminkan besarnya pendapatan seseorang.
Pengeluaran merupakan salah satu hal yang penting sebab, Mampu
mencerminkan besarnya pendapatan seseorang dan mampu
mencerminkan pola perilaku konsumsi seseorang.
Lintas Budaya (Cross Cultural Consumer Behavior)
Nilai budaya memberikan dampak
yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam tiga
kategori umum: orientasi nilai-lainnya. Merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan
kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam
praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif,
konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan
tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang
individual”, dan begitu juga pada budaya yang individualistic. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum
muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan
perbedaan/keseragaman.
KONSEP BUDAYA
Budaya merupakan kompleks keseluruhan dimana termasuk di dalamnya pengetahuan, keyakinan, seni, hukum, moral, adat-istiadat, dan kemampuan lain apapun serta kebiasaan yang diperoleh oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Nilai Budaya dimasukkan dalam 3 kategori umum:
1. Nilai
Orientasi – Lainnya
yang merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat
antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh
yang utama dalam praktek pemasaran.
2. Nilai
Orientasi – Lingkungan
yakni menentukan hubungan masyarakat dengan ekonomi, teknis,
dan linkungan fisik nya.
3. Nilai
Orientasi – Diri
yakni merefleksikan tujuan dan pendekatan pada hidup dimana
anggota individu dari masyarakat menemukan apa yang diinginkan.
1. Nilai Orientasi – Lainnya
a. Individual/Kolektif
Budaya
individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New
Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India,
dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka.
Nilai ini
adalah faktor kunci yang membedakan budaya dan konsep diri yang berpengaruh
besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki
perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan
sumber yang lebih disukai dari suatu informasi.
Budaya Asia
lebih kolektif dbandingkan budaya US yang individualistik
b. Usia
Muda/Tua
apakah dalam
budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan
dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Melihat faktor budaya yang
lebih bijaksana dalam melihat usia
c. Luas/Batasan
Keluarga
bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan
penting bagi anggota keluarganya.
d. Maskulin/Feminisme
bagaimana suami, istri, atau keduanya membuat keputusan
penting bagi keluarga.
e. Persaingan/Kerjasama
bagaimana orientasi baik itu maskulin maupun feminisme dalam
keterbukaannya pada konsumen.
f.
Perbedaan/Keseragaman
Budaya
dengan nilai yang berbeda tidak hanya akan menerima aturan yang bergai macam
dari perilaku pribadi dan sikap tapi juga menerima variasi dalam bentuk
makanan, pakaian, dan produk lain serta pelayanannya. Dibandingkan dengan
masyarakat yang memiliki keseragaman nilai, dimana mereka tidak menyukai serta
menerima bermacam aturan dari rasa dan produk pilihan.
2. Nilai Orientasi – Lingkungan
a. Kebersihan
perbedaan dalam memposisikan nilai kebersihan. Contohnya
budaya U.S sangat mempentingkan kebersihan.
b. Dayaguna/Keadaan
Dayaguna/keadaan
lebih dekat hubungannya pada konsep jarak kekuasaan, dimana menghubungkan pada
derajat dimana orang menerima ketidak sama rataan dalam kekuasaan, otoritas,
status, dan kekayaan sebagai kelaziman atau yang melekat dalam masyarakat.
c. Tradisi/Perubahan
Nilai ini
direfleksikan dalam iklan, contohnya saja dimana di Inggris dan Cina menekankan
tradisi dan sejarah pada iklannya ketimbang di Amerika.
d. Pengambilan
Resiko/Pengamanan
Nilai ini
memiliki pengaruh yang kuat dalam hubungan usaha dan perkembangan ekonomi dalam
penerimaan produk baru.
e. Pemecahan
Masalah/Fatalistis
Contohnya di
Karibia, kesulitan atau hal yang tidak dapat dikendalikan selalu dihilangkan
dengan ekspresi "tidak masalah". Ini biasanya berarti: "ada
suatu masalah, tapi kita tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap hal
tersebut-jadi jangan khawatir!".
f.
Alam
Yang
dimaksud disini adalah bagaimana negara-negara yang memproduksi atau mengimpor
suatu produk meletakkan nilai yang tinggi dalam lingkungan. Seperti negara
Inggris yang memiliki gagasan dalam pengurangan emisi. Dalam peluncuran
produknya, mereka lebih menekankan kendaraan yang memiliki emisi rendah.
3. Nilai Orientasi – Diri
a. Aktif/Pasif
Kecenderungan
dalam beraktifitas akan mempengaruhi pemasaran dalam suatu produk.
b. Pemuasan
Kebutuhan Seksual/Abstinence
Yang
dimaksud disini adalah apakah suatu negara menggunakan daya tarik
seks/sensualitas atau apakah memberikan pembatasan pada iklan yang dibuatnya
terhadap sensualitas.
Contoh : Iklan pakaian dalam Calvin Klein dengan iklan yang
menampilkan gambar seseorang dengan hanya menggunakan pakaian dalam. Dimana di
negara Prancis dan U.S dianggap normal sedangkan tidak pantas disuatu negara
yang melarang daya tarik berbau seksualitas/sensual contohnya Indonesia.
c. Material/Non
Material
d. Kerja
Keras/Santai
Sebagai
marketer harus melihat apakah dalam suatu negara memiliki lebih nilai kerja
dalam aktivitasnya dibandingkan dengan waktu luang/santai atau sebaliknya.
Contohnya saja : Australia yang memiliki nilai bahwa kerja keras itu sangat penting
e. Penundaan
Kepuasan/Kesegeraan Kepuasan
Orientasi
jangka pendek dan orientasi jangka panjang mempunyai implikasi pada strategi
bisnis serta usaha untuk mendorong menabung, dan juga pada penggunaan kredit.
f.
Religi/Sekuler atau duniawi
dalam hal
ini para pemasar lebih melihat pada doktrin atau ketetapan yang berlaku di
kehidupan keseharian suatu negara yang akan dipasarkan.
Variasi Budaya dalam Komunikasi non verbal
a. Waktu
Orientasi/perspektif terhadap waktu. Ada 2 jenis perspektif waktu:
-
monochromic time perspective
orientasi yang kuat kearah sekarang serta waktu jangka
pendek.
-
polychromic time perspective
orientasi kearah sekarang dan masa lalu.
Perspektif yang dipakai akan membuat suatu pengertian yang
berbeda dari waktu yang digunakan pada budaya yang berbeda. Seperti di negara
yang berorientasi pada monochronic, mereka manganggap bahwa waktu adalah uang.
Jadi setiap detik, menit, jam sangat berharga bagi mereka. Begitu sebaliknya
pada negara yang berorientasi polichronic, istilah "tetaplah
menunggu" menjadi suatu hal yang biasa bagi mereka.
b. Ruang
Kegunaan orang membuat ruang dan mengartikan apa yang mereka tempatkan merupakan bentuk kedua dari komunikasi nonverbal.
c. Simbol
Warna, gambar binatang, bentuk, angka, dan musik akan memberikan variasi pengartian dalam lintas budaya. Kegagalan dalam mengenal arti penempatan pada simbol bisa berakibat pada masalah yang serius.
d. Hubungan
Hak dan kewajiban ditentukan oleh hubungan dan persahabatan yang mana merupakan variabel komunikasi nonverbal lainnya.
Orang Amerika lebih mudah untuk diajak berhubungan dan bekerjasama, berbeda dengan orang China yang lebih kompleks.
e. Persetujuan
Persetujuan disini yakni bagaimana budaya yang berbeda melihat hubungan bisnis didalam kedua belah pihak.
f. Benda
Pengartian budaya terhadap benda pada pola pembelian adalah sesuatu yang tidak disangka-sangka atau dengan kata lainnya adalah "hadiah".
g. Etiket
Etiket menggambarkan secara umum kebiasaan yang diterima dari tingkah laku dalam situasi sosial. Contohnya saja kebiasaan orang Jepang dalam berbisnis yaitu bertukar kartu nama bisnis.
Strategi Pemasaran Lintas Budaya
Secara garis besar
tidak digambarkan bagaimana strategi pemasaran tersebut, tetapi dapat diambil
kesimpulan bahwasanya pemasar melihat apa yang menjadi perilaku konsumen,
konsep budaya, serta apa yang menjadi variasi dalam lintas budaya.
Seperti yang
dilakukan McDonald's dimana mengadaptasikan produk serta tata ruang tokonya
dengan tepat pada beberapa negara.
Sumber :
- http://bembyagus.blogspot.co.id/2010/11/variasi-lintas-budaya-dalam-perilaku.html
- https://risarah.blogspot.co.id/2014/01/pengaruh-budaya-dalam-perilaku-konsumen.html
- http://kasetyan-pharmacist.blogspot.co.id/2011/06/pengaruh-lintas-budaya-dan subbudaya.html
- http://nuranisa3ea01.blogspot.co.id/2009/11/perilaku-konsumen-lintas-budaya-sebuah.html
- http://lailazahirahrahmah26.
blogspot.co.id/2012/11/ pengaruh-kebudayaan-terhadap- pembelian.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar